Sekitar 1,6 miliar manusia menggantungkan hidupnya dari hutan. Dengan kata lain tentunya tingkat risiko bertemunya kehidupan liar pun menjadi lebih tinggi. Disusul pula dengan adanya pengrusakan, pembalakan liar yang terus menerus akibat ulah manusia-manusia yang tidak bertanggung jawab yang dengan sengaja pula melakukan pembakaran hutan dan lahan, konversi lahan dengan tidak memperhatikan lingkungan terutama hutan yang berdampak pada perubahan lingkungan, hancurnya habitat penghuni hutan dan ekosistem didalamnya yang dapat memicu munculnya penyakit dan transmisinya.
Zoom meeting kali ini bersama Auriga Nusantara X Yayasan Alam Sehat Lestari (ASRI) X Blogger Perempuan X Eco Blogger Squad mengangkat tema Cegah Karhutla, Cegah Pandemi. Dari temanya saja sudah sangat membuat kita penasaran yah bagaimana keterkaitan antara karhutla dan pandemi. Kalau beberapa waktu yang lalu, bertepatan dengan hari bumi saya menulis Selamat hari Bumi : Kita Jaga Hutan, Hutan Jaga Kita.
Auriga Nusantara itu sendiri merupakan sebuah organisasi non pemerintah yang bergerak dalam upaya melestarikan sumber daya dan lingkungan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Dengan terus melakukan penelitian investigasi, mendorong perubahan kebijakan untuk tata kelola sumber daya alam dan lingkungan yang lebih baik serta melakukan advokasi melalui mekanisme hukum.
Yayasan alam sehat lestari merupakan organisasi non provit yang menggambungkan program kesehatan dan lingkungan sebagai konsep utama dalam pelayanan kepada masyarakat dalam upaya perlindungan taman nasional. Tahun 2007 Yayasan Asri membuka Klinik Asri untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Maka masyarakat tidak perlu memilih lagi antara kesehatan atau hutan. Klinik Asri ini merupakan satu-satunya klinik di Indonesia yang menggunakan pembayaran dengan menggunakan bibit pohon.
Blogger Perempuan Network merupakan platform digital dimana seluruh perempuan di Indonesia bisa saling belajar menceritakan dan menginspirasi satu sama yang lain melalui konten dan Eco Blogger Squad merupakan komunitas yang beranggotakan para blogger yang memiliki kepedulian terhadap isu lingkungan hidup terutama perubahan iklim dan perlindungan hutan.
Pemateri kali ini diisi oleh Dedi Sukmara selaku direktur informasi dan data Auriga serta dr Alvi Muldani selaku direktur Klinik Alam Sehat Lestari. Penasaran apa saja yang dibahas pada kesempatan tersebut dan apa saja yang bisa kita ambil, yuk kita sama-sama simak. Semakin banyak membaca semakin banyak tau kan. Kuy...
Bencana tahunan kebakaran hutan dan lahan selama dua dekade terakhir, tepatnya dua tahun yang lalu merupakan kasus kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang paling mengkhawatirkan. Berdasarkan data pemerintah yang terkumpul, hutan dan lahan dengan luas 1,6 juta hektar hangus terbakar dilalap api. Dimana ini merupakan kasus karhutla yang terparah sejak bencana asap di tahun 2015 lalu. Pemerintah kita menjadi sorotan karena kasus kebakaran yang tidak berkesudahan. Berakibat pula terhadap hubungan diplomatik dengan negara tetangga yang mau tidak mau juga harus merasakan imbasnya. Inilah yang menyebabkan Indonesia menjadi penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Sangat disayangkan yah.
Tudingan bahwa kemarau panjang (El Nino) lah yang menjadi pemicu kebakaran. Padahal ada atau tidaknya kemarau panjang kebakaran juga sering terjadi. Yah, bisa kita jawab sendiri apa yang sebenarnya menjadi dalang utamanya. Yap, siapa lagi kalau bukan ulah dari manusia itu sendiri baik karena kesengajaan ataupun akibat dari kelalaian.
Kebakaran menghebohkan yang terjadi di Amazon dan Australia yang tergolong kebakaran hebat, masih besar dampak emisi yang dihasilkan akibat kebakaran yang terjadi di Indonesia. Salah satu faktornya juga karena di Indonesia tidak hanya terjadi kebakaran pada lahan mineral. Sedangkan di negara-negara seperti Australia lahannya adalah lahan kering. Indonesia memiliki lahan gambut yang tentunya jika terjadi kebakaran akan menghasilkan karbon yang berbeda pula. Inilah resiko yang mau tidak mau kita pikul bersama-sama.
Dapat diperhatikan, juga secara keseluruhan yang menjadi lumbung api yaitu provinsi yang memiliki karakteristik lahan industri dan memiliki banyak industri ekstraktif yang berbasis lahan dimana wilayah tersebut memiliki lahan yang kaya gambut namun ada pula daerah yang ternyata kebakarannya pun terjadi berulang dilahan non gambut. Ketika kebakaran hebat yang terjadi pada tahun 2015 dan 2019, provinsi-provinsi kaya gambut ini menyumbang bencana kabut asap yang tinggi. Seperti contoh kebakaran yang terjadi di Papua yang tidak hanya disebabkan pembakaran untuk pembukaan lokasi industri tetapi juga karena faktor lainnya.
Ketika kawasan gambut terbakar, apalagi sudah dirusak, dikeringkan dan kehilangan fungsinya maka akan sangat berpotensi menjadi tempat kebaran yang berulang. Kita ketahui semua bahwa dampak dari kebakaran lahan gambut adalah efek dari asapnya yang susah untuk dipadamkan dan tentunya dampaknya akan sangat besar. Jika sampai terjadi kebakaran yang berulang, tentunya menandakan tidak adanya efek jera dan belajar dari kesalahan yang lalu. Kebakaran yang terjadi ditempat baru pun semakin berganti tahun pun tetap terus terjadi. Lahan kebaran semakin meluas dan dampak yang terjadi pun tiap tahun tetap ada bahkan ada yang sampai berulang. Inilah yang tetunya perlu untuk kita sama-sama perhatikan lagi.
Sebagian besar titik panas sepanjang 20 tahun terakhir berada di lahan gambut. Terutama di Kalimantan Tengah, Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Papua. Yang kemudian menjadi penyebab kebaran dan sulit untuk dipadamkan karena api menjalar ke perut gambut dan tentunya memicu terjadinya bencana asap. Kita perlu berhati-hati pada daerah dan bulan-bulan yang sering terjadinya kebakaran yang terus berulang. Untuk Riau kita perlu mengantisipasi pada hampir semua bulan seperti bulan Januari, Februari, Maret, Mei, Juni, Juli, Agustus dan September. Disusul pula musim kebakaran yang berpindah ke Kalimantan Barat yang bahkan belum memasuki bulan-bulan sering terjadinya kebakaran sudah mulai adanya peristiwa kebakaran.
Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, cenderung memiliki pola bulan-bulan sering terjadinya kebaran pada waktu yang sama seperti bulan Juli, Agustus, September, Oktober. Turun terjadinya kebakarakan pada daerah-daerah di atas, kemudian disusul kembali oleh terjadinya kembali kebakaran pada Sumatera Selatan. Biasanya polanya terjadi sekitar bulan Juli, Agustus, September, Oktober. Pola yang terakhir disusul pada daerah Papua yang biasanya terjadi kebakaran pada bulan-bulan September, Oktober, November. Pola-pola ini terus terulang makanya terkadang kita harus mempersiapkan diri dengan terjadinya kebakaran pada daerah dan waktu-waktu tersebut.
Ini menandakan tidak adanya efek jera yang terjadi di masyarakat yang bisa kita lihat sendiri dengan adanya kebakaran yang terus berulang pada tempat dan waktu yang terlihat jelas dari pola-polanya yang terjadi selama 20 tahun terakhir.
Terlepas dari itu semua, penyebab dari sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) jika kita lihat dari faktor alami bisa disebabkan oleh adanya petir, aktivitas vulkanis dan ground fire. Serta yang tidak pernah bisa kita lupakan juga faktor yang paling sering terjadi adalah karena ulah manusia itu sendiri yang biasanya karena adanya aktivitas pembukaan lahan yang dilakukan dengan cara dibakar, perburuan, penggembalaan, konflik lahan dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Selain penyebabnya, yang patut juga kita sorot adalah dampak yang terjadi akibat dari karhutla tersebut seperti biodiversitas yaitu hilangnya habitat, adanya penurunan populasi tumbuhan dan satwa liar, adanya gangguan kesehatan, pendidikan dan trasnportasi, pemanasan global dan perubahan iklim. Pada tahun 2019 kerugian yang diterima Indonesia akibat dari kebakaran mencapai US5,2 miliar dolar atau setara dengan Rp 72,95 triliun.
60 Komentar
antara setuju dan tidak sih ada kaitan antara kebakaran hutan dgn pandemi ini. Namun saya percaya karma. Apa yang kita lakukan kepada orang lain, bahkan alam sekitar pun akan berbalik ke kita sendiri. Tetap jaga hutan kita dan kesehatan kita. Tetap patuhi semua protokol kesehatan ya.
BalasHapusbener banget juga itu kak. karma selalu ada. sama-sama kita jaga ya kak.
Hapuspolanya sudah teratur gitu ya, pastinya masyarakat di wilayah-wilayah itu jadi was-was jika sudah mendekati musim kemarau/panas gitu ya.
BalasHapusgak bisa bayangkan deh betapa cemasnya mereka.
kalo udah ada pola kayak gitu bisa jadi udah waspada mereka ya kak. kasian juga ya
HapusBener banget kak, semua emang ada sebab akibatnya ya.. Seperti adanya pandemi ini juga dari kita sendiri yang kurang menjaga lingkungan
BalasHapusiya bener banget kak
HapusPas aku ikutan webinar ini, jadi sadar dan mikir gitu kak, jangan-jangan emang semua pandemi ini disebabkan manusia termasuk Covid-19. Nggak perlu nyalahin pihak mana sih, manusia kudu bertanggung jawab dan mulai peduli sama hutan serta alam lainnya. Semoga di masa depan, nggak ada virus lethal yang baru.
BalasHapusternyata balik balik ke kita lagi juga ya kak. kadang kitanya aja yang lalai dan bahkan terkadang acuh juga
HapusMasih ingat dulu saat sekolah bahas lahan gambut yang mudah terbakar. Sekarang Tering nemu berita ini kan. Sedih banget karena jadi memicu banyak asap. Mana sulit padam kan. Terus penyakit-penyakit jadi mudah muncul. Yuk lah sama-sama jaga lingkungan
BalasHapuskasian mereka-mereka ya kak. siapa yang berbuat siapa yang kena juga . iya kalau gambut emang susah padamnya ya kak
Hapusasyiknya bisa ikutan zoom meeting bareng Auriga Nusantara X Yayasan Alam Sehat Lestari. Temanya juga jarang dibahas ya, tentang karhutla. Pasti dapat banyak wawasan baru nih soal lingkungan hidup. Joss banget!!
BalasHapusDari acara tersebut, kita jadi terbuka wawasannya ya, ternyata karhutla disebabkan karena manusia-manusia serakah.
Serem juga efeknya bagi manusia, bisa menyebabkan penyakit zoonosis. Terima kasih atas pencerahannya. Super duper keren pisan.
seru banget kak. temen2 nya juga dari berbagai macam daerah juga jadi makin banyak ilmu, pengetahuan dan tyeman juga. semua juga pada aktif
HapusWah ternyata ada relasinya ya antara karhutla dan pandemi. Masuk akal juga sih. Memang PR besarnya adalah bagaimana mengubah gaya hidup, biar bisa lebih cinta pada lingkungan. Sayangnya masih banyak yang nggak mau peduli. Dan tanpa kita sadari, kita pula yang membuka pintu masuk pada penyakit dan pandemi sebesar-besarnya.
BalasHapusiya kak. padahal nggak rugi kita sayang sama lingkungan sekitar. diperhatiin dengan baik-baik. kita aja butuh perhatian kan hiihih
HapusKenapa kebakaran hutan terus menerus terjadi, menurutku karena pemerintah sendiri pun kurang tanggap dan tegas dalam menanganinya. Terlebih banyak pula penyebab dr kebakaran hutan itu dilakukan dengan sengaja oleh orang" berkuasa yg ingin menggunakan lahannya sebagai usaha mereka.
BalasHapusiya kak. nggak ada jera jera nya ya. nggak kasian apa sama masyarakat yang lagi-lagi banyak dirugikan
HapusUdah diingetinn berkali2 yah padahal, tapi manusianya ngga nyadar2
BalasHapusterlalu ya kak
HapusSaat aku tinggal di Kalimantan Selatan hal paling aku takutin itu soal karhutla nih. Apalagi sering. Dan pas aku ke hutan sana emang udah bnyk bgt yg gundul ya. Banyak pengusaha kaya yg meraup untung dari eksploitasi hutan nih
BalasHapuskasian banget ya kak temen2 kita yang harus jadi korban
HapusWah tulisan yang lengkap sekali kak.. ternyata ada siklusnya ya.. Semoga pandemi ini cepat berakhir, amin..
BalasHapusaamiin aamiin kak
Hapusskripsi saya mengenai tentang kebakaran hutan dan lahan dan mengakibatkan kabut asap, terbukti dan faktanya banyak perusahaan yang tidak bertanggun jawab membakar lahan dan mengakibatkan polusi udara apalagi di pandemi ini
BalasHapuslempar batu sembunyi tangan ya kak
Hapusmiris memang mendengar berita tentang semakin maraknya kerusakan lingkungan, termasuk kebakaran hutan ini ya kak
BalasHapusdan ternyata kerusakan lingkungan juga berpengaruh dengan timbulnya beragam penyakit
kapan ya kak semuanya sadar kalau penting banget ngejaga alam sekitar
HapusMiris bangetya dengan kondii hutan di Indonesia. Ini karena tak adanya efek jera di masyarakat dengan adanya kebakaran yang terus berulang pada tempat dan waktu yang terlihat jelas. PAdahal pola kebakaran yang terjadi selama 20 tahun terakhir itu ya seperti itu juga.
BalasHapuskayaknya susah ya buat bikin mereka jera. selalu aja kejadian tiap tahun malah makin luas kebakarannya
HapusBetul banget, terkadang musibah yang terjadi emang nggak jauh akarnya juga dari manusia sendiri. Oleh karena itu, kita sebagai manusia emang sudah sepatutnya harus mencintai alam atau bumi kita. Apa yang kita tanam tentu hal itu jugakan yang bakal dituai.
BalasHapusheran ya kak. kadang udah banyak yang tau tapi masih aja abai
HapusJaga lahan dan hutan sama dengan menjaga kesehatan kita juga, bahkan bukan kita aja kan, hewan dan tumbuhan pun juga terjaga. Yuk cerdas dengan ingat menjaga kelestarian alam
BalasHapuspadahal nggak rugi ya kak kalo kita sama2 sadar buat ngejaga hutan
HapusSetuju banget dg closing statementnya mbak.
BalasHapusJika kita menjaga alam, maka alam akan menjaga kita.
klop kita mba
Hapusaku juga bersyukur banget nih kak ikut acara kemarin sama teman2 eco blogger squad. soalnya, aku jadi lebih paham tentang zoonosis. sebelumnya ya kayak baca2 artikel aja gitu
BalasHapusiya kak. bangga banget bisa menjadi salah satu bagian eco blogger
HapusTernyata lahan gambut yang sudah dihilangkan fungsinya malah bisa membahayakan ya. Bisa terbakar terus menerus. Ingat banget berita tentang langit di daerah mana gitu yang jadi merah dan kuning karena kebakaran hutan gambut di sekitar sana. Seram bayanginnya.
BalasHapusiya kak. sesuatu yang udah rusak emang susah buat dibalikin seperti semua makanya lebih baik kita sama2 jaga sih
Hapussemoga ga ketemu karhutla lagi, karena cape banget asli.
BalasHapusdimana-mana jadi kotor dan hari-hari sesak banget
aamiin aamiin kak
HapusSaya pernah merasakan sendiri secara langsung efek kebakaran hutan
BalasHapusRasanya tuh bingung mau cari Udara segar
Ah, itu baru aku yang di kota.
Entah bagaimana kondisi mereka yang benar-benar dekat dengan spot kebakaran
nggak kebayang gima sesaknya kak. liat beritanya aja udah miris apalagi kalau sampai ngerasain sendiri . stop
HapusBarokallah ya kak bisa langsung ikutan zoominarnya dan menerapkan langsung mencintai alam, dan ngeshare apa yang dibagikan jadi tersampaikan oleh banyak pihak. terima kasih
BalasHapusiya kak. bersyukur banget . jadi makin sadar penbtingnya jaga alam sekitar apalagi hutan
HapusMenarik sekali mba informasi tentang kerusakan hutan yang mengakibatkan karhutla, lalu menjadi perubahan iklim. Selain itu hubungannya wabah dengan lingkungan. Ya, memang tidak dipungkiri ya, mba. Sekarang kan hutan yang gundul membuat habitat mereka terganggu, sehingga wajar jika akhirnya wabah mematikan bermunculan. Semoga hutan kembalu hijau dan bumi selalu lestari.
BalasHapusberkolerasi ya. saling berkaitan dan ujung-ujungnya malahan kita juga yang dirugikan
HapusKeren banget klinik Asri ini pembayarannya pakai pohon. Jika semakin banyak klinik melakukan hal yang sama, maka akan semakin banyak pohon baru yang tumbuh
BalasHapusiya kak. pertama kali saya juga dengar bayar pakai pohon. zoomnya jadi makin banyak ilmu yang bermanfaat
Hapus1,6 miliar manusia menggantungkan hidup ke hutan, tapi hutannya dirusak, dibakar, sedih banget deh. Jadi tahun 2019 itu kebakarannya mencapai 1,6 juta hektar ya kak, ngeri banget deh. Mana dari kebakaran hutan ini muncul penyakit zoonosis pula :(
BalasHapusmiris banget ya kak . padahal kita bergantung banget sama yang namanya hutan dan alam sekitar eh malah kita rusak seenaknya
HapusHmmm, saya setuju. Manusia punya andil dalam banyak hal yang terjadi di kehidupan. Kebiasaan merusak alam, tak menjaga kebersihan, penebangan hutan, emisi gas, memicu berbagai fenomena alam pula, termasuk pandemi ini memang bisa saja terjadi akibat keseimbangan alam terganggu. Yuk ah kita jaga bumi sama-sama
BalasHapusbalik balik kemanusianya ya kak. yuk . semoga semakin kesini makin banyak yang sadar ya kak
HapusNggak nyangka ya ternyata kebakaran hutan dan pandemi ini emang punya hubungan.. huhu. Seandainya ya manusia lebuh mau menyayangi lingkungan dan menjaga hutan.. huhu
BalasHapusandai ya kak. semoga sih dengan kejadian yang sekarang semakin banyak yang sadar
Hapusaku baru dengar istilah zoonosis
BalasHapusternyata mengerikan juga ya efeknya
aku berharap, gak ada lagi orang2 yang mbakar2 hutan, apalagi untuk memperkaya diri sendiri
aamiin aami kak. kasian juga teman2 kita yang jadi korban karena menghirup udara yang nggak sehat begitu
Hapuskita belajar tentang ekosistem alam sejak SD
BalasHapustapi melupakannya sesudah dewasa
termasuk karhutla yang bikin bumi rusak, penyakit meraja lela
iya kak. kasian sama masyarakat yang kena dampaknya
Hapuskalo manusianya gak mau berubah, gak bakal ada perubahan. bencana di mana2, tapi gak banyak yg bisa ambil pelajaran. yg ngerti kebanyakan gak berani bersuara.
BalasHapusiya banget itu kak. mulai dari diri sendiri dulu sih emang ya
HapusTerimakasih atas kunjungan dan coret coret komentarnya ya ...